Sabtu, 17 Mei 2014

Ayutthaya Historical Place Of Thailand

*TRAVELING* Yups itulah yang mendominasi pengeluaran terbesar gue sampai saat ini, bukan untuk biaya kost,biaya makan,biaya kredit motor ataupun biaya untuk anak istri #Uppss yang terakhir itu pasti enggak dong broo karena gue masi perjaka kinyis kinyis,,

Di saat orang orang di sekeliling gue pada rebutan pamer motor barunya, motor sport nya atau odong odongnya lah, menyisihkan sebagian penghasilan mereka untuk kredit barang barang itu,gue sih RAURUS, gue sih masih selow dengan sih matic putih gue yang setia nganterin dan nungguin gue di terminal,setasiun ataupun bandara. alasannya sih simple #motor baru nantinya pasti akan jadi besi tua tapi cerita traveling akan bisa awet sampai anak cucu kita.


Melanjutkan cerita gue ubek ubek negri Thailand Di hari Pertama, Di hari ke 2 ini gue mau explore AYUTTHAYA sebuah kota tua di thailand bekas reruntuhan sebuah kerajaan tua di Negri gajah putih ini.

Pukul 05.30 gue udah terbangun dari tidur karena alarm hp gue yang berisik, segera gue beranjak dari tempat tidur untuk mandi dan bersiap siap untuk melanjutkan petualangan kita ke Ayutthaya karena kita mau pakai kereta yang paling pagi untuk ke Ayutthaya.

Pukul 06.15 kita beranjak keluar dari hotel dengan berjalan kaki menuju Stasiun Hua Lamphong yang hanya membutuhkan waktu 10 menit saja, seperti halnya di Surabaya pagi itu di sepanjang jalan di penuhi orang yang akan mau berangkat sekolah dan ke kantor tapi bedanya di sini di dominasi sama orang yang berjalan di trotoar dan menunggu angkutan di halte bus --> kalau di surabaya pasti penuh dengan motor bukan??

Hua Lamphong Railway Station

Hua Lamphong adalah stasiun besar di kota Bangkok yang menghubungkan antar kota di Thailand. Seperti hal nya stasiun kota di Jakarta setasiun ini memiliki arsitektur bangunan tua. Sampai di stasiun kita menuju loket untuk membeli tiket untuk ke Ayutthaya, Tiket seharga 20 Bhat atau sekitar 7rb kalau dlm rupiah akhirnya kita dapatkan.

Loket dan ticket to Ayutthaya
Yang namanya stasiun besar pasti banyak line/jalur rel dan kereta yang akan berangkat, agar tidak salah naik kereta niat hati Maya mau menanyakan kepada si bapak security untuk kereta yang akan kita tumpangi di jalur nomer berapa, Eh,,si bapak security tadi ngajak lari larian menuju ke satu kereta karena kereta ini mau berangkat, info yang kita dapat di internet sih kereta pertama jam 07.00 lah setelah lihat tiket kita lah kok jam 06.40  dan benar saja belum ada semenit kita masuk di dalam kereta dan masih mencari cari tempat duduk kereta sudah berangkat, benar benar baik sekali bapak security tadi coba kita tidak tanya dan dia tidak ngajak kita lari larian, pasti kita bakalan ketinggalan kereta dan merelakan tiket kita tadi angus.

Kereta menuju Ayutthaya

 Sekilas tidak ada perbedaan dengan kereta kereta yang ada di indonesia yang sama memakai rel untuk jalurnya #ahahahaha , apalagi setelah masuk di dalamnya banyak pedagang asongan yang lalu lalang di dalam gerbong, masih mending di indonesia sih sekarang udah nggak ada pedagang asongan di dalam gerbong.

Interior di dalam kereta
Cukup lumayan memang interior kereta ini, kereta seharga 7rb fasilitas kursinya hampir sama dengan kereta exekutif yang ada di indonesia cuma yang ini memakai kipas bukan AC, Karena Stasiun Hua Lamphong adalah stasiun pertama jadi banyak tempat duduk yang kosong, satu persatu kita mendapatkan tempat duduk masing masing dan mulai mengistirahatkan diri karena mata sudah mulai mengantuk lagi.

1,2,3 stasiun kami lewati, banyak penumpang naik turun seperti angkutan umum pada normalnya, satu persatu orang mengusir kita dari tempat duduk karena mereka mempunyai tiket dengan nomer seat yang kita duduki, hingga ada pemeriksaan tiket oleh petugas kereta, si petugas ini ngomel ngomel setelah melihat tiket kita yang ternyata tiket tanpa tempat duduk melainkan tiket berdiri seperti halnya sistem KAI di indonesia 3 thn yang lalu, walaupun si petugas ngomal ngomel seperti apa yaa kita tetap ajaa senyum senyum karena kita memang nggak ngerti bahasa lokal Thailand.

Tidak hanya di Indonesia kereta yang suka telat dari jadwal, ternyata di thailand pun keretanya telat dari jadwal juga malah lebih parah, di jadwal cuma 2 jam perjalanan lah kok real nya 3 jam baru nyampek Ayutthaya.

Welcome To Ayutthaya

Setelah hampir tiga jam sampai juga kami di stasiun ayutthaya, plang tulisan Ayutthaya Station dan tulisan dalam bahasa thai terpampang menggelantung di atas atapnya. Dan sebuah plang lain yang menurut gue bagus untuk kampanye penggunaan moda transportasi umum yang berisi secara terjemahan bahasa indonesia kurang lebih berbunyi "Bepergian dengan kereta itu lebih nyaman, aman, murah dan menyenangkan". Menginjakkan kaki di stasiun ini aku merasa seperti hawa di kota Surabaya, benar-benar panas menyengat, suhu sekitar 38 derajat celcius. Rombongan kita pun segera dikerubungi para penjaja jasa tuk-tuk, tak begitu banyak sebenarnya mungkin karena bukan weekend, sekitar 10 orang saja yang berlalu-lalang mengerubuti para turis yang berdatangan turun dari kereta...#Eh kita di sini adalah turis loh :)

Sebuah map besar terpajang di sebuah mading yang menampakkan lokasi-lokasi destinasi wisata, dan gue segera melihat-lihat kira-kira kemana arah destinasi kami selanjutnya. Tak berselang kami didatangi seorang tinggi besar tapi ramah, sambil menjelaskan lokasi-lokasi destinasi dia menawarkan tuk-tuknya, awalnya menawarkan 1800 THB untuk keliling dengan lima destinasi, tawar-menawarpun terjadi dan deal di angka 1500 THB. Namanya Niki Jacob -kedengeran telingaku seperti itu- kami sepakat memanggilnya mister jacob saja.

Tuk Tuk
 Tujuan pertama kami tak lain dan tak bukan adalah warung makan, karena sejak pagi kami belum sarapan, padahal jam sudah menunjukkan angka 10. Kami minta diantar ke warung muslim, dan tak berselang 10 menit sampailah di warung muslim, entah apa namanya gue lupa, bahkan lupa memfoto bagian depannya. Sambutan pertama yang kami terima adalah ucapan "Assalamualaikum", tentu saja pemiliknya tahu kalau kami muslim karena para ladies memakai jilbab. Menu yang cukup beragam dengan pilihan menu berat mie atau nasi dan lauk-pauk yang beragam pula. Ayam dan tahu pilihanku dengan sayur semacam capcay entah apa namanya, Minum es lemon tea, yang ternyata es teh disini seperti teh tarik yang biasa kita temui di tanah air, yakni teh dengan campuran susu dan makanan thailand pertama kita ini masih terasa aneh di lidah dan perut masih susah untuk mencernanya, pokoknya perut ini terganjal . 70 THB per porsi sudah termasuk minumnya, yah lumayan lah.

Menu Dan Makanan Thai



# Destinasi Pertama Wat Chaiwatthanaram



 Perjalanan berikutnya adalah "Wat Chaiwatthanaram", tiket masuk 50 THB. Sebuah reruntuhan wat  yang dibangun sekitar abad 15, wat ini dibangun dengan batu bata merah, dan memang umumnya bangunan setelah abad 10 dibangun dengan batu bata merah, tidak seperti bangunan sebelum abad 10 yang biasanya dibangun dengan batuan andesit, mungkin memang sejak abad itu baru ditemukan batu bata merah di wilayah ini dan hampir di seluruh wilayah semenanjung malaka termasuk indonesia. Hal ini mengingatkan gue pada candi-candi peninggalan kerajaan Majapahit. Yang berbeda mungkin bahwa bangunan wat di sini adalah peninggalan pemeluk agama budha, sedangkan candi-candi Majapahit dibangun oleh pemeluk agama hindu. Di sekitar bangunan wat ini banyak ditemui patung-patung budha yang sedang meditasi, beberapa bagian tubuhnya sudah tak utuh lagi. Setelah puas berkeliling dan berfoto ria di wat ini kami menuju lokasi berikutnya.


# Destinasi Kedua Wat Lokayashuttha


"Wat Lokaya sutha", itulah namanya. Sebuah komplek wat yang cukup luas bahkan lebih luas daripada wat yang pertama kami kunjungi. Di sini terdapat patung budha raksasa yang sedang berbaring berselimut kain kuning. Ada beberapa penjual bunga yang umumnya dipakai untuk sembahyang para pengunjung. Tak banyak catatan sejarahnya dari plang yang gue baca dan emang gue nggak ngerti tulisan thai #Ngookk. Untuk masuk ke lokasi ini free, alias gratis.


Destinasi Ketiga Wat Thammikarat



Wat berikutnya adalah Wat thammikarat, sebuah wat yang banyak dikelilingi patung-patung ayam jago yang besar-besar, bahkan besarnya  bisa setinggi orang dewasa. Sepertinya patung-patung ayam jago ini adalah bangunan baru yang ditambahkan. Cukup unik memang, di banyak wat tidak ditemukan yang demikian. Entah apa maksudnya, karena tak ada catatan yang bisa aku baca, dan tidak ada guide juga di sini. Di sini juga ditemukan patung-patung singa yang mengelilingi wat seakan sebagai penjaganya, nah bangunan ini terlihat memang kuno bukan baru seperti patung ayam jago, bahkan banyak yang sudah rusak. Wat ini masih dipakai tempat sembahyang meski nampak sepi. Dan untuk masuk tanpa dipungut biaya sepeserpun.

# Destinasi Keempat Wat Maha That



Wat inilah yang paling terkenal di ayutthaya, karena ada sebuah patung kepala budha yang terjepit di antara akar pohon besar yang usianya sudah ratusan tahun.
Untuk berpose di dekat patung ini tidak boleh berdiri, harus jongkok untuk menghormatinya, begitulah  peraturannya. Di lihat dari sisa reruntuhan komplek ayutthaya, Wat maha that lah yang sepertinya paling besar bangunannya. Konon dahulu komplek wat ini adalah bekas kerajaan ayutthaya yang berdiri pada abad 14 dan hancur pada abad 18 karena serangan kerjaan kamboja, seluruh bangunannya terbakar habis. Jadi tinggallah sisa-sisa wat yang lapisan dindingnya terkelupas sehingga nampak batu bata merah penyusunnya, juga beberapa bangunan seperti tiang sudah tinggal sepenggalan orang dewasa dan ada juga sebuah tembok yang hampir roboh jika disangga beton cor penyangga. Untuk masuk ke lokasi ini ada karcis yang harus ditebus sebesar 50 THB.

# Destinasi Kelima Phra Mongkhon Bhopit



Phra Mongkhon Bhopit adalah sebuah kuil budha yang didalamnya terdapat salah satu patung budha terbesar di Thailand. Jika umumnya patung budha di Thailand dalam pose tidur, di sini dalam pose sedang meditasi.  Sebelum masuk ke komplek kami melewati gang penjual kaki lima, dan jangan kaget di sini lumayan banyak yang muslim dibanding di daerah Bangkok, beberapa kali kami disapa salam oleh penjual muslim yang juga berjilbab. Cukup murah barang-barang yang dijajakan, tapi kami tak belanja apapun, karena rencana belanja harus kami rem sampai nanti di pasar jatujak.
 

# Destinasi Terakhir Ayutthaya Floating Market


Destinasi terakhir kami di Ayuttahaya adalah floating market. Sebuah pasar yang ada di sekitaran sungai yang mengalir di Ayutthaya. Cukup beragam barang-barang yang dijajakan, dari yang sekedar oleh-oleh gantungan kunci, kaos, baju dan berbagai makanan dan cemilan. Karena tergiur sebuah model kaos, akupun tergiur membeli sebuah kaos seharga 150 THB. Puas kami berkeliling wisata Ayutthaya, kami harus segera kembali ke tuk-tuk, jam sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB. Ah, waktu sholat dhuhur, kami bertanya mister jacob dimana masjid berada, sempat bingung juga, karena memang dia bukan seorang muslim. Akhirnya setelah Maya membawa sebuah peta dan menunjukkan sebuah gambar masjid, barulah dia paham. Akan tetapi katanya terlalu jauh tempatnya, di luar wilayah wisata ayutthaya, dia tidak mau mengantar. Juga memang batas waktu yang ditentukan juga sudah habis.

Kudune Nengdi Ikiii
Akhirnya kita kembali saja ke stasiun, dan jadwal terdekat dari ayutthaya ke Hua Lamphong adalah jam 15.30. Kami berencana pesan tiket dulu, baru kemudian mungkin sholat di stasiun meminta ijin tempat pada petugas. Koran yang dibaca mister jacob kami minta, kami bilang sebagai oleh-oleh, padahal untuk alas sholat. Setelah kami wudhu kami ke bagian information untuk meminta tempat, entah di bagian mana asal cukup untuk sujudlah. Awalnya aku berpikir, jangan-jangan tidak boleh seperti umumnya negara-negara non muslim yang masih islamphobia. Tapi di luar dugaan, justru kepala stasiun menyediakan ruangannya yang ber-AC untuk bisa kami tempati sholat dhuhur sekaligus ashar yang dijamak.  Terimakasih Pak Kepala Stasiun. Oiya, untuk masuk ke toilet kami harus sedia recehan 3 THB untuk sekali masuk. Sedikit terkejutlah kami melihat toiletnya, begitu bersih dan wangi, juga untuk biliknya terasa luas, sangat berbanding terbalik dengan toilet-toliet umum yang ada di negeri kita.

Dengan berat hati kami harus meninggalkan kota Ayutthaya yang penuh dengan sejarah ini untuk kembali lagi ke Bangkok dan menuju destinasi destinasi kita yang lain, Good bye Ayutthaya,,semoga di lain waktu gue masih di kasih kesempatan untuk menyambangi kota ini lagi.

Yeaahh bersambung dulu yak cerita gue di Ayutthaya kali ini, tunggu cerita gue di destinasi selanjutnya di Bangkok,,See you bye bye


Tidak ada komentar:

Posting Komentar