Di saat orang orang di sekeliling gue pada rebutan pamer motor barunya, motor sport nya atau odong odongnya lah, menyisihkan sebagian penghasilan mereka untuk kredit barang barang itu,gue sih RAURUS, gue sih masih selow dengan sih matic putih gue yang setia nganterin dan nungguin gue di terminal,setasiun ataupun bandara. alasannya sih simple #motor baru nantinya pasti akan jadi besi tua tapi cerita traveling akan bisa awet sampai anak cucu kita.
Melanjutkan cerita gue ubek ubek negri Thailand Di hari Pertama, Di hari ke 2 ini gue mau explore AYUTTHAYA sebuah kota tua di thailand bekas reruntuhan sebuah kerajaan tua di Negri gajah putih ini.
Pukul 05.30 gue udah terbangun dari tidur karena alarm hp gue yang berisik, segera gue beranjak dari tempat tidur untuk mandi dan bersiap siap untuk melanjutkan petualangan kita ke Ayutthaya karena kita mau pakai kereta yang paling pagi untuk ke Ayutthaya.
Pukul 06.15 kita beranjak keluar dari hotel dengan berjalan kaki menuju Stasiun Hua Lamphong yang hanya membutuhkan waktu 10 menit saja, seperti halnya di Surabaya pagi itu di sepanjang jalan di penuhi orang yang akan mau berangkat sekolah dan ke kantor tapi bedanya di sini di dominasi sama orang yang berjalan di trotoar dan menunggu angkutan di halte bus --> kalau di surabaya pasti penuh dengan motor bukan??
Hua Lamphong Railway Station |
![]() |
Loket dan ticket to Ayutthaya |
Kereta menuju Ayutthaya |
Interior di dalam kereta |
1,2,3 stasiun kami lewati, banyak penumpang naik turun seperti angkutan umum pada normalnya, satu persatu orang mengusir kita dari tempat duduk karena mereka mempunyai tiket dengan nomer seat yang kita duduki, hingga ada pemeriksaan tiket oleh petugas kereta, si petugas ini ngomel ngomel setelah melihat tiket kita yang ternyata tiket tanpa tempat duduk melainkan tiket berdiri seperti halnya sistem KAI di indonesia 3 thn yang lalu, walaupun si petugas ngomal ngomel seperti apa yaa kita tetap ajaa senyum senyum karena kita memang nggak ngerti bahasa lokal Thailand.
Tidak hanya di Indonesia kereta yang suka telat dari jadwal, ternyata di thailand pun keretanya telat dari jadwal juga malah lebih parah, di jadwal cuma 2 jam perjalanan lah kok real nya 3 jam baru nyampek Ayutthaya.
Welcome To Ayutthaya |
Setelah hampir tiga jam sampai juga kami di stasiun ayutthaya, plang tulisan Ayutthaya Station dan tulisan dalam bahasa thai terpampang menggelantung di atas atapnya. Dan sebuah plang lain yang menurut gue bagus untuk kampanye penggunaan moda transportasi umum yang berisi secara terjemahan bahasa indonesia kurang lebih berbunyi "Bepergian dengan kereta itu lebih nyaman, aman, murah dan menyenangkan". Menginjakkan kaki di stasiun ini aku merasa seperti hawa di kota Surabaya, benar-benar panas menyengat, suhu sekitar 38 derajat celcius. Rombongan kita pun segera dikerubungi para penjaja jasa tuk-tuk, tak begitu banyak sebenarnya mungkin karena bukan weekend, sekitar 10 orang saja yang berlalu-lalang mengerubuti para turis yang berdatangan turun dari kereta...#Eh kita di sini adalah turis loh :)
Sebuah map besar terpajang di sebuah mading yang menampakkan lokasi-lokasi destinasi wisata, dan gue segera melihat-lihat kira-kira kemana arah destinasi kami selanjutnya. Tak berselang kami didatangi seorang tinggi besar tapi ramah, sambil menjelaskan lokasi-lokasi destinasi dia menawarkan tuk-tuknya, awalnya menawarkan 1800 THB untuk keliling dengan lima destinasi, tawar-menawarpun terjadi dan deal di angka 1500 THB. Namanya Niki Jacob -kedengeran telingaku seperti itu- kami sepakat memanggilnya mister jacob saja.
Tuk Tuk |
![]() |
Menu Dan Makanan Thai |
# Destinasi Pertama Wat Chaiwatthanaram
Perjalanan berikutnya adalah "Wat Chaiwatthanaram", tiket masuk 50 THB.
Sebuah reruntuhan wat yang dibangun sekitar abad 15, wat ini dibangun
dengan batu bata merah, dan memang umumnya bangunan setelah abad 10
dibangun dengan batu bata merah, tidak seperti bangunan sebelum abad 10
yang biasanya dibangun dengan batuan andesit, mungkin memang sejak abad
itu baru ditemukan batu bata merah di wilayah ini dan hampir di seluruh
wilayah semenanjung malaka termasuk indonesia. Hal ini mengingatkan gue
pada candi-candi peninggalan kerajaan Majapahit. Yang berbeda mungkin
bahwa bangunan wat di sini adalah peninggalan pemeluk agama budha,
sedangkan candi-candi Majapahit dibangun oleh pemeluk agama hindu. Di
sekitar bangunan wat ini banyak ditemui patung-patung budha yang sedang
meditasi, beberapa bagian tubuhnya sudah tak utuh lagi. Setelah puas
berkeliling dan berfoto ria di wat ini kami menuju lokasi berikutnya.
# Destinasi Kedua Wat Lokayashuttha
"Wat Lokaya sutha", itulah namanya. Sebuah komplek wat yang cukup luas
bahkan lebih luas daripada wat yang pertama kami kunjungi. Di sini
terdapat patung budha raksasa yang sedang berbaring berselimut kain
kuning. Ada beberapa penjual bunga yang umumnya dipakai untuk sembahyang
para pengunjung. Tak banyak catatan sejarahnya dari plang yang gue
baca dan emang gue nggak ngerti tulisan thai #Ngookk. Untuk masuk ke lokasi ini free, alias gratis.
Destinasi Ketiga Wat Thammikarat
Wat berikutnya adalah Wat thammikarat, sebuah wat yang banyak
dikelilingi patung-patung ayam jago yang besar-besar, bahkan besarnya
bisa setinggi orang dewasa. Sepertinya patung-patung ayam jago ini
adalah bangunan baru yang ditambahkan. Cukup unik memang, di banyak wat
tidak ditemukan yang demikian. Entah apa maksudnya, karena tak ada
catatan yang bisa aku baca, dan tidak ada guide juga di sini. Di sini
juga ditemukan patung-patung singa yang mengelilingi wat seakan sebagai
penjaganya, nah bangunan ini terlihat memang kuno bukan baru seperti
patung ayam jago, bahkan banyak yang sudah rusak. Wat ini masih dipakai
tempat sembahyang meski nampak sepi. Dan untuk masuk tanpa dipungut
biaya sepeserpun.
# Destinasi Keempat Wat Maha That
Untuk berpose di dekat patung ini tidak boleh berdiri, harus jongkok untuk menghormatinya, begitulah peraturannya. Di lihat dari sisa reruntuhan komplek ayutthaya, Wat maha that lah yang sepertinya paling besar bangunannya. Konon dahulu komplek wat ini adalah bekas kerajaan ayutthaya yang berdiri pada abad 14 dan hancur pada abad 18 karena serangan kerjaan kamboja, seluruh bangunannya terbakar habis. Jadi tinggallah sisa-sisa wat yang lapisan dindingnya terkelupas sehingga nampak batu bata merah penyusunnya, juga beberapa bangunan seperti tiang sudah tinggal sepenggalan orang dewasa dan ada juga sebuah tembok yang hampir roboh jika disangga beton cor penyangga. Untuk masuk ke lokasi ini ada karcis yang harus ditebus sebesar 50 THB.
# Destinasi Kelima Phra Mongkhon Bhopit
Phra Mongkhon Bhopit adalah sebuah kuil budha yang didalamnya terdapat salah satu patung budha terbesar di Thailand. Jika umumnya patung budha di Thailand dalam pose tidur, di sini dalam pose sedang meditasi. Sebelum masuk ke komplek kami melewati gang penjual kaki lima, dan jangan kaget di sini lumayan banyak yang muslim dibanding di daerah Bangkok, beberapa kali kami disapa salam oleh penjual muslim yang juga berjilbab. Cukup murah barang-barang yang dijajakan, tapi kami tak belanja apapun, karena rencana belanja harus kami rem sampai nanti di pasar jatujak.
# Destinasi Terakhir Ayutthaya Floating Market
Destinasi terakhir kami di Ayuttahaya adalah floating market. Sebuah pasar yang ada di sekitaran sungai yang mengalir di Ayutthaya. Cukup beragam barang-barang yang dijajakan, dari yang sekedar oleh-oleh gantungan kunci, kaos, baju dan berbagai makanan dan cemilan. Karena tergiur sebuah model kaos, akupun tergiur membeli sebuah kaos seharga 150 THB. Puas kami berkeliling wisata Ayutthaya, kami harus segera kembali ke tuk-tuk, jam sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB. Ah, waktu sholat dhuhur, kami bertanya mister jacob dimana masjid berada, sempat bingung juga, karena memang dia bukan seorang muslim. Akhirnya setelah Maya membawa sebuah peta dan menunjukkan sebuah gambar masjid, barulah dia paham. Akan tetapi katanya terlalu jauh tempatnya, di luar wilayah wisata ayutthaya, dia tidak mau mengantar. Juga memang batas waktu yang ditentukan juga sudah habis.
![]() |
Kudune Nengdi Ikiii |
Dengan berat hati kami harus meninggalkan kota Ayutthaya yang penuh dengan sejarah ini untuk kembali lagi ke Bangkok dan menuju destinasi destinasi kita yang lain, Good bye Ayutthaya,,semoga di lain waktu gue masih di kasih kesempatan untuk menyambangi kota ini lagi.
Yeaahh bersambung dulu yak cerita gue di Ayutthaya kali ini, tunggu cerita gue di destinasi selanjutnya di Bangkok,,See you bye bye
Tidak ada komentar:
Posting Komentar